Mahasiswa DTETI Tampil sebagai Jawara Lomba Inovasi Bulan K3

22 Agustus 2016  |    Prestasi Mahasiswa

Mahasiswa UGM berhasil memenangkan Lomba Inovasi Bulan K3 Pertamina RU IV Cilacap pada 25 Februari 2016 lalu. Tim Peneliti Joss dari Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik  (DTETI FT) UGM meraih juara 1 kategori mahasiswa dengan mengajukan model pengaturan intensitas cahaya lampu otomatis berbasis sensor cahaya alami.

Lomba Inovasi Bulan K3 diselenggarakan oleh Pertamina RU IV Cilacap dan diikuti 50 peserta yang berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa di Indonesia. Tim UGM yang terdiri dari Muhammad Hasan Habib, Handika Putra, dan Irfan Joyokusumo dari DTETI FT berhasil menyisihkan 24 tim lainnya dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa perguruan tinggi tersebut diantaranya Institut Teknologi Bandung, Universitas Sumatera Utara, Universitas Jendral Soedirman, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Airlangga.

Ketua Tim Joss UGM, M. Hasan Habib, mengatakan dalam kategori mahasiswa lomba kali ini diikuti sebanyak 25 tim dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Selanjutnya, dipilih delapan besar yang dinyatakan lolos untuk presentasi dalam babak final di Cilacap.

“Saat final kami mempresentasikan dan melakukan demo model pengaturan intensitas cahaya lampu otomatis berbasis sensor cahaya alami (Wi-LLC). Alhamdulillah dinyatakan sebagai yang terbaik,” tuturnya, Rabu (2/3) di DTETI FT UGM.

Model pengaturan intensitas cahaya lampu otomatis berbasis sensor cahaya alami yang dikembangkan Tim Peneliti Joss UGM ini dinamai Wireless Light Luxs Controller (Wi-LLC). Program ini dikembangkan untuk mengurangi konsumsi energi listrik dengan memanfaatkan cahaya alami.

“Sekitar 9-20 persen konsumsi energi di Indonesia belum optimal terutama di sektor pencahayaan. Hal itu mendorong kami untuk mencari solusi atas persoalan tersebut,” jelas Habib.

Setelah itu, mereka kemudian berupaya memanfaatkan cahaya alami dari sinar matahari untuk mereduksi penggunaan energi listrik. Dengan Wi-LLC ini nantinya satuan tingkat pencahayaan (luxs) pada lampu konvensional dapat direduksi oleh tambahan luxs cahaya alami.

“Memanfaatkan cahaya alami untuk mengurangi pemakaian energi listrik. Model seperti ini yang tengah kami kembangkan,” imbuh Handika Putra.

Handika menjelaskan Wi-LLC tersusun dari tiga komponen utama. Komponen tersebut adalah lampu LED, main controller, dan sensor cahaya wireless. Alat akan bekerja saat cahaya alami masuk ke dalam ruangan sehingga sensor akan menangkap rangsang cahaya tersebut. Selanjutnya, sensor akan mengirimkan data pada main controller secara wireless. Kemudian main controller akan mengidentifikasi kuantitas cahaya alami yang diterima oleh sensor. Setelah itu, akan diolah dalam main controller. Hasilnya akan digunakan untuk mengendalikan lampu agar luxs yang dikeluarkan lampu berkurang sebesar luxs cahaya alami yang masuk.

“Misal ada cahaya alami masuk ruangan sebesar 20 persen, maka jumlah tersebut akan berkontribusi mengurangi kerja lampu hingga 20 persen. Jadi, kerja lampu hanya 80 persen saja,” paparnya.

Model Wi-LLC ini telah dilirik oleh Pertamina RU IV Cilacap. Oleh karena itu, Habib dan kawan-kawan terus melakukan riset untuk mewujudkan produk Wi-LLC yang teruji secara laboratorium dan juga berlisensi.

“Saat ini kami fokus riset untuk menjadikan produk ini. Harapannya bisa jadi tahun ini juga,” tambah Irfan Joyokusumo.

Irfan mengatakan kedepan mereka akan menambahkan beberapa grup lampu terkendali dalam alat ini. Selain itu, juga akan meningkatkan kehandalan sensor cahaya wireless.

“Nantinya kami juga akan tambahkan fasilitas penyimpan data yang membantu pengguna memantau perkembangan energi yang bisa direduksi,”ujarnya. (Humas UGM/Ika)



Chat Bot